Daerah tercintaku ENDE FLORES.
Ende merupakan Kota Kabupaten yang terletak di
tengah-tengah pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.
Ende Flores Merupakan Perkampungan tradisional dengan bangunan-bangunan
rumah adat dan bangunan pendukung lainnya seperti Keda, Kanga, Tubu Musu merupakan warisan leluhur,
walaupun di beberpa tempat sudah mengalami perubahan dan kepunahan dari bentuk
aslinya akibat proses alam, perjalanan waktu dan ulah manusia. Namun demikian
tetap mempunyai nilai sejarah dan daya tarik bagi pencinta wisata budaya.
Rumah tinggal dan perkampungan tradisional yang
dibangun nenek moyang tersebut, memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya
sehingga tampak unik dan memberikan kedamaian bagi penghuninya.
Pada awalnya
nenek moyang Ata Ende membangun rumah
dan perkampung adat sama seperti Ata Lio,
namun pada perkembangannya mengalami perubahan yang kemudian disebut “Sa’o Panggo” atau “Tiga Tezu” (Rumah Panggung Tiga Kamar) dimana tiang dan lantainya
terbuat dari balok kayu atau kelapa gelondongan, berdinding bambu, beratap daun
kelapa atau sirap bambu dengan bentuk atap memanjang dan puncaknya dihias
seperti sirip ikan. Rumah ini memiliki kolong.Kabupaten Ende mempunyai dua etnik, yaitu etnik Ende
dan etnik Lio, sehingga dari segi bahasanya suku Ende
disebut ata jaő dan suku Lio disebut ata ina. Selain bahasa sehari-hari atau
bahasa pasar, ada pula bahasa.
Tarian Ende-Lio adalah sebua tarian daerah yang
mengekspresikan rasa lewat tatanan gerak dalam irama musik dan lagu,salah satunya adalah:
a. Gawi
Naro
Jenis tarian ini berbentuk
lingkaran mengelilingi tubu musu
dengan cara berpegangan tangan dan menyentakan kaki dalam bentuk dua macam
ragam yairu Ngendo dan Rudhu atau ragam mundur dan maju.
ada juga kerajinan
Tenun Ikat Ende, Seperti halnya di Sumba dan Timor, menenun
dikerjakan oleh para wanita. Kepandaian menenun ini diwariskan secara
turun-temurun, dan telah dipelajari sejak mereka masih kecil. Salah satu
tradisi para wanita penenun yang menarik yaitu kebiasaan memakan sirih
khususnya saat sepanjang hari mereka bertenun. Jenis-jenis kain tenun yang
dihasilkan adalah selendang lebar yang berfungsi sebagai selimut bagi laki-laki
dan sarung untuk wanita.
Aneka Wisata juga banyak terdapat di ende fores yang sudah terkenal ke berbagai peosok negeri,salah satunyaadalah;
DANAU KELIMUTU,,Keindahan danau ini dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya
tahun 1929. Sejak itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal
mistik oleh masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan,
tetapi juga para peneliti yang ingin tahu fenomena alam yang amat langkah ini. Kawasan
Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26
Februari 1992.Menurut kepercayaan masyarakat setempat, danau
dengan air warna merah merupakan tempat berkumpulnya para arwah orang jahat.
Danau biru untuk arwah para muda-mudi, dan danau berwarna putih untuk arwa
orang tua. Para arwah diyakini akan bermukim di danau itu sesuai status
sosialnya.
Gunung Kelimutu di Flores, NTT, punya 3 danau
yang bisa berubah warna. Terlepas dari segi sains, ada beberapa kisah
dan mitos yang dipercaya masyarakat setempat.
Banyak traveler
bilang, Danau Kelimutu adalah salah satu bukti keajaiban alam. Betapa
tidak, ada 3 danau yang bisa berubah warna. Mulai dari biru, hijau,
merah, putih, sampai hitam.
Mitos dan kepercayaan warga lokal
sangat berperan di dalamnya. Saat mengunjungi Danau Kelimutu beberapa
waktu lalu, detikTravel berbincang dengan Herimanto, staf Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende. Dia bercerita soal kisah dan
mitos unik seputar Danau Kelimutu. Berikut 5 di antaranya:
1. Danau yang dihuni roh Tiga danau tersebut
masing-masing bernama Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, dan Tiwu
Ata Polo. Masyarakat setempat percaya, danau yang pertama dihuni oleh
roh atau jiwa orang tua yang telah meninggal. Danau kedua dipercaya
menjadi 'rumah' bagi jiwa muda-mudi. Sementara danau ketiga, konon
dihuni arwah orang jahat.
"Danau kedua adalah yang paling sering berubah warna. Konon karena dihuni muda-mudi, mungkin jiwanya masih menggelora," tutur Herimanto.
2. Berubah warna secara misterius
Ketiga danau tersebut bisa berubah warna secara misterius. Dari segi sains, terdapat satu jenis mineral dalam danau yang berubah sesuai kondisi geologis. Namun tak ada yang tahu pasti kapan danau-danau itu berubah warna. Pun tak ada yang pernah melihatnya.
"Pernah satu kali, petugas Taman Nasional melihat danau setengah berubah warna pada siang hari. Tapi tiba-tiba kabut muncul, menutupi danau. Waktu kabutnya hilang, warna danau kembali seperti semula. Tidak jadi berubah," kata Herimanto.
"Danau kedua adalah yang paling sering berubah warna. Konon karena dihuni muda-mudi, mungkin jiwanya masih menggelora," tutur Herimanto.
2. Berubah warna secara misterius
Ketiga danau tersebut bisa berubah warna secara misterius. Dari segi sains, terdapat satu jenis mineral dalam danau yang berubah sesuai kondisi geologis. Namun tak ada yang tahu pasti kapan danau-danau itu berubah warna. Pun tak ada yang pernah melihatnya.
"Pernah satu kali, petugas Taman Nasional melihat danau setengah berubah warna pada siang hari. Tapi tiba-tiba kabut muncul, menutupi danau. Waktu kabutnya hilang, warna danau kembali seperti semula. Tidak jadi berubah," kata Herimanto.
3. Ditemukan oleh orang Belanda, berwarna merah-putih-biru
Danau Kelimutu ditemukan oleh orang Belanda bernama Van Such Telen, tepatnya pada 1915. Waktu itu ia memberitahu warga setempat, menemukan danau berwarna merah-putih-biru. Namun warga sempat tak percaya, karena itu adalah warna bendera Belanda."Tapi rupanya benar. Waktu pertama kali warga melihat, Danau Kelimutu berwarna merah, putih, dan biru," tambah Herimanto.
4. Roh pun diberi makan
Adanya roh penghuni Danau Kelimutu tak sekadar jadi kepercayaan. Satu kali dalam setahun, masyarakat setempat 'memberi makan' para roh di ketiga danau lewat upacara Pati Ka Du'a Batu Ata Mata.Ini adalah upacara pemberian sesaji kepada roh-roh penghuni Danau Kelimutu. Sesaji tersebut berupa sirih, pinang, rokok, nasi dan daging, diakhiri oleh arak/ tuak."Upacara juga termasuk acara makan besar untuk semua orang, dan menari Gawi (tarian adat-red) bersama," kata Herimanto.
5. Konon, airnya bening!
Terlepas dari aneka warna yang tampak pada Danau Kelimutu, pernahkah ada ilmuwan yang benar-benar meneliti warna asli danau tersebut?
"Ya, pernah ada yang mengambil air dari danau tersebut. Tapi warnanya bening," kata Herimanto, tertawa. "Percaya tidak percaya, tapi alam di sini memang sangat erat hubungannya dengan kepercayaan," tambahnya.
RUMAH PENGASINGAN SOEKARNO
Rumah
Pengasingan Bung Karno Di Ende adalah rumah bekas pengasingan Proklamator RI Soekarno yang terletak
di jantung kota Ende. Di sini tersimpan barang-barang milik Soekarno ketika
menjalani masa pengasingan selama empat tahun di Ende. Rumah yang terletak di
jalan Perwira, Kota Ende itu tampak seperti layaknya permukiman penduduk karena
kosntruksinya menyerupai permukiman di sampingnya.
Hal yang membedakannya adalah sebuah papan nama
bertuliskan “Situs, Bekas Rumah
Pengasingan Bung Karno di Ende” yang terpampang di halaman depan. Di rumah
yang berukuran 12X9 meter ini, Presiden pertama Republik Indonesia itu
menjalani masa pengasingan oleh kolonial Belanda selama empat tahun
(1934-1938).
Dalam berbagai catratan yang mengupas tentang masa
pengasingan Bung Karno di Ende Pulau Flores NTT salah satu yang paling diminati
masyarakat adalah buku berjudul “Bung Karno, Ilham Dari Flores Untuk
Nusantara”. Buku ini menceritakan perenungan Bung Karno di bawah sebuah
pohon
Sukun bercabang lima yang melahirkan gagasan lima butir Pancasila. Kelima butir Pancasila secara resmi diumumkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 di depan sidang Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai.
Sukun bercabang lima yang melahirkan gagasan lima butir Pancasila. Kelima butir Pancasila secara resmi diumumkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 di depan sidang Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai.
Rumah Soekarno dan pohon sukun menjadi dua saksi
sejarah yang berada di jantung kota Ende yang tetap terpelihara dengan baik
sampai sekarang. Di kalangan masyarakat Ende, rumah pengasingan bung Karno ini
dianggap sakral.
Uwi Ai Nuabosi, Makanan Lokal Khas Ende
Struktur daging ubi tak berserat, lezat dan gurih adalah ciri khas uwi ai Nuabosi atau sering disebut ubi Nuabosi. Makanan lokal khas Ende ini, lebih cocok jika dihidangkan bersama secangkir teh hangat, apalagi ditambahkan dengan sambal tomat sedikit rasa pedas membawa kenikmatan sendiri.
UBI Nuabosi atau dalam Bahasa Ende sering disebutkan, uwi ai Nuabosi, terdapat di dataran Ndetundora-Nuabosi, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, NTT. Berlokasi kurang lebih 14 kilometer ke arah Utara dari Kota Ende, persis di belakang Gunung Wongge ditemukan Kampung Nuabosi. .
Uwi ai Nuabosi merupakan salah satu makanan lokal khas Ende. Dengan struktur umbi tak berserat, lezat dan terasa gurih, itu adalah ciri khasnya. Uwi ai Nuabosi, memang berbeda dengan jenis ubi lainnya dengan cita rasa yang unik. Di setiap daerah di daratan Flores atau di daerah lainnya, terdapat juga tanaman ubi kayu namun, struktur daging umbi dan rasanya tidak sebanding dengan uwi ai Nuabosi. Mungkin saja dipengaruhi dengan struktur tanah yang baik sehingga Nuabosi menghasilkan ubi yang berbeda dengan daerah lain.
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar